Game Clash of Clans (CoC) kini sedang digandrungi. Mulai anak-anak hingga orang dewasa. Di Google Play sendiri, CoC sudah didownload ratusan juta kali dari pengguna di seluruh dunia. Belum lagi di App Store.
Meski game ini dilepas secara gratis, ada fitur/ Gems tertentu yang bisa didapat dengan membelinya. Harganya mulai dari 59 ribu hingga hampir 1,2 juta rupiah. Tak mengherankan jika perusahaan pembuat game yang bermarkas di Helsinki, Finlandia ini meraup untung besar. Namun, benarkah keuntungannya melebihi laba dari Pertamina, perusahaan minyak Indonesia?
Adalah nodCommander, pengguna Kaskus yang membandingkan hal ini berawal dari sebuah postingan blog. Dalam threadnya di Kaskus, ia memaparkan data laba dari dua perusahaan tersebut pada tahun buku 2014.
Dikutip dari portal berita Bisnis.com, tahun lalu Pertamina meraup keuntungan sebesar 1,57 milyar US dollar atau sekitar 20.3 trilyun rupiah [kurs update 25/4], sedangkan CoC meraup laba sebesar 1,1 milyar poundsterling atau sekitar 1,76 milyar US dollar, lebih banyak 0,19 milyar US dollar dari perusahaan minyak milik BUMN tersebut.
Jika dilihat dari nominal laba, tentu Pertamina kalah. Namun, sebenarnya jika dilihat dari perputaran uang, perusahaan plat merah tersebut mendapat pemasukan puluhan kali lipat dibanding Supercell, perusahaan pembuat CoC, yakni sebesar 70 milyar US dollar. Hanya saja, pengeluaran Pertamina juga lebih besar dibandingkan dengan perusahaan Supercell yang hanya memiliki pegawai tak sampai dari 200 orang ini.